Mengenal lebih dekat istilah santri dan pesantren
Pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional Islam
untuk memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam (tafaqquh fiddin) dengan menekankan
moral agama Islam sebagai pedoman hidup bermasyarakat sehari hari.
Secara etimologi, istilah pesantren berasal dari kata "santri" , yang dengan awalan
pe- dan akhiran -an be rarti
tempat tinggal para santri. Kata "santri" juga merupakan penggabungan
antara suku kata sant (manusia
baik) dan tra (suka menolong),
sehingga kata pesantren dapat diartikan sebagai tempat mendidik manusia yang
baik. Sementara, Dhofier menyebutkan bahwa menurut Profesor Johns, istilah
"santri" berasal dari bahasa Tamil yang berarti guru mengaji, sedang
C C Berg berpendapat bahwa istilah tersebut berasal dari istilah shastri yang dalam bahasa India berarti
orang yang tahu buku-buku suci Agama Hindu, atau seorang sarjana ahli kitab
suci Agama Hindu. Kata shastri berasal
dari kata shastra yang berarti
buku-buku suci, buku-buku agama atau buku-buku tentang ilmu pengetahuan. Dengan kata lain, istilah santri mempunyai pengertian seorang murid yang belajar buku-buku suci/ilmu-ilmu
pengetahuan Agama Islam. Dengan demikian,pesantren dipahami sebagai tempat
berlangsungnya interaksi guru murid, kyai-santri dalam intensitas yang relatif
permanen dalam rangka transferisasi ilmu-ilmu keislaman.
Dalam hubungan dengan usaha
pengembangan dan pembinaan yang dilakukan oleh Pemerintah (Departemen Agama),
pengertian yang lazim dipergunakan untuk pesantren adalah sebagai berikut:
Pertama, pondok
pesantren adalah lembaga pendidikan dan pengajaran agama Islam yang pada
umumnya pendidikan dan pengajaran tersebut diberikan dengan cara non-klasikal
(sistem Bandongan dan Sorogan) dimana seorang kyai mengajar santri-santri berdasarkan kitab-kitab yang
ditulis dalam bahasa Arab oleh ulama-ulama besar sejak abad pertengahan, (Sistem
Bandongan dan Sorongan) dimana
seorang kyai mengajar santri-santri berdasarkan kitab-kitab yang tertulis dalam
bahasa Arab oleh ulama-ulama besar sejak abad pertengahan, sedang para santri
biasanya tinggal dalam pondok/asrama
dalam lingkungan pesantren tersebut.
Kedua, pesantren
adalah lembaga pendidikan dan pengajaran agama Islam yang pada dasarnya sama
dengan pondok pesantren tersebut diatas tetapi para santrinya tidak disediakan
pondokan di kompleks pesantren, namun tinggal tersebar di seluruh penjuru desa
sekeliling pesantren tersebut (Santri
kalong), dimana cara dan metode
pendidikan dan pengajaran agama Islam diberikan dengan sistem wetonan,
para santri berduyun-duyun pada
waktu-waktu tertentu (umpama tiap hari jum'at, ahad, selasa atau tiap-tiap
waktu shalat dan sebagainya).
Ketiga, pondok pesantren dewasa
ini adalah gabungan antara sistem pondok dan pesantren yang memberikan
pendidikan dan pengajaran agama Islam dengan sistem bandongan,
sorogan atau wetonan dengan disediakan pondokan untuk para santri yang
berasal dari jauh dan juga menerima santri kalong, yang dalam istilah pendidiÿÿn modernrtemenuhi
kriteria pendidikan non formal serta menyelenggarakan juga pendidikan formal
berbentuk madrasah dan bahkan sekolah umum dalam berbagai bentuk tingkatan dan
aneka kejuruan sesuai dengan kebutuhan masyarakat masing-masing.
Pesantren
atau pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang cukup unik karen
memiliki elemen dan karakteristik yang berbeda dengan lembaga pendidikan Islam
lainnya. Elemen-elemen Islam yang paling pokok, yaitu: pondok atau tempat
tinggal para santri, masjid, kitab-kitab klasik, kyai dan santri. Kelima elemen inilah yang menjadi persyaratan terbentuknya sebuah pcsantren,
dan masing-masing elemen tersebut saling terkait satu sama dengan lain untuk
tercapainya tujuan pesantren , khususnya, dan tujuan pendidikan Islam, pada
umumnya, yaitu membentuk pribadi muslim seutuhnya (insan kamil). Adapun yang dimaksud dengan pribadi muslim
seutuhnya adalah pribadi ideal meliputi aspek individual dan sosial, aspek
intelektual dan moral, serta aspek material dan spiritual. Sementara,
karakteristik pesantren muncul sebagai implikasi dari penyelenggaraan
pendidikan yang berlandaskan pada keikhlasan, kesederhanaan, kemandirian (menolong
diri sendiri dan sesama), ukhuwwah diniyyah dan islamiyyah dan kebebasan. Dalam
pendidikan yang seperti itulah terjalin jiwa yang kuat, yang sangat menentukan
falsafah hidup para santri.
Penyelenggaraan
pendidikan pesantren berbentuk asrama yang merupakan komunitas tersendiri
dibawah pimpinan kyai atau ulama, dibantu seorang atau beberapa ustadz
(pengajar) yang hidup ditengah-tengah para santri dengan masjid atau surau
sebagai pusat peribadatan, gedung-gedung sekolah atau ruang-ruang belajar
sebagai pusat kegiatan belajar-mengajar serta pondok-pondok sebagai tempat
tinggal para santri. Kegiatan pendidikannya pun diselenggarakan menurut aturan
pesantren itu sendiri dan didasarkan atas prinsip keagamaaan. Selain itu,
pendidikan dan pengajaran agaman Islam tersebut diberikan dengan metode khas
yang hanya dimiliki oleh pesantren, yaitu;
Rundongan atau Wetonan
adalah metode pengajaran dimana
santri mengikuti pelajaran dengan duduk di sekeliling kyai yang membacakan
kitab tertentu, sementara santri menyimak kitab masing-masing dan membuat
catatan-catatan. Disebut dengan istilah Wetonan, berasal dari kata wektu (istilah
jawa untuk kata: waktu), karena pelajaran itu disampaikan pada waktu-waktu
tertentu seperti sebelum atau sesudah shalat fardhu yang lima atau pada hari-hari tertentu.
Sorogan, adalah metode pengajaran individual, santri
menghadap Kyai seorang demi seorang dengan membawa kitab yang dipelajarinya.
Kyai membacakan pelajaran dari kitab tersebut kalimat demi kalimat, kemudian
menerjemahkan dan menerangkan maksudnya. Santri menyimak dan mengesahkan
(istilah jawa: ngesah), yaitu dengan memberi
catatan pada kitabnya untuk menandai bahwa ilmu itu telah diberikan kyai. Adapun istilah sorogan tersebut berasal dari kata sorog
(jawa)
yang berarti menyodorkan, maksudnya santri menyodorkan kitabnya dihadapan kyai,
sehingga terkadang santri itu sendiri yang membaca kitabnya dihadapan kyai,
sedangkan kyai hanya menyimak dan memberikan koreksi bila ada kesalahan dari
bacaan santri tersebut.
Beberapa pesantren dalam perkembangannya, disamping mempertahankan sistem
tradisionalnya juga menggunakan sistem madrasi, baik sebagai basis
pendidikannya ataupun yang bersifat tambahan.
0 komentar:
Posting Komentar